Senin, 22 Oktober 2012

Masjid Sultan di Singapura

Ketika saya sampai di Bugis, bersama kedua temanku Agung Bagus dan Al Hadi Hamrah menyempatkan diri singgah di kawasan Arab, tepatnya di Kampong Glam Singapura. DI Kampong Glam terdapat bangunan masjid yang besar, Masjid Sultan namanya. Berdasarkan Wilkipedia struktur awal masjid ini dibangun sekitar 1826 oleh masyarakat Jawa yang kebanyakan pedagang awal di Singapura, yang menjalankan aktivitas perdagangan dengan masyarakat Arab, Boyan dan Bugis sebelum kedatangan saudagar Tionghoa. Bangunan masjid itu menjadi tempat tinggal atau kawasan permukiman awal beberapa etnik masyarakat Indonesia.

Kemudian pada 1920-an ia dibangun kembali seperti sekarang. Dan kini ia telah direnovasi dan ditetapkan sebagai produk pariwisata Singapura. Nama asli jalan-jalan berdekatan masjid tersebut seperti Kandahar Street, Baghdad Street, Arab Street dan Bussorah Street masih diabadikan.

Arsitek Denis Santry dari Swan and Maclaren yang merancang masjid baru tersebut untuk dibangun di atas lahan masjid lama dan lahan tambahan dari keluarga kerajaan. Seluruh pembiayaan juga di tanggung keluarga Sultan denga kontribusi dari komunitas muslim Singapura kala itu termasuk sumbangan botol kaca hijau hijau dari kaum miskin ketika itu. Botol botol yang kemudian di jadikan ornamen bawah kubah masjid. Arsitek Denis Santry mengadopsi gaya Sarasenik atau gaya Gotik Mughal lengkap dengan menara menggantikan masjid lama yang berarsitektur Indonesia pada masjid sebelumnya. Pembangunan masjid baru tersebut selesai dikerjakan tahun 1928. Perbaikan dilakukan tahun 1960 untuk memperbaikan ruang utama masjid dan tahun 1993 masjid Sultan Singapura dilengkapi dengan Auditorium dan aula serbaguna.

Hingga kini masjid sultan Singapura masid berdiri kokoh di tempat dimana dia pertama kali didirikan, menjadi salah satu masjid tetua dan terbesar di Singapura dengan daya tampung mencapai 5000 jemaah. Masjid Sultan Singpaura kemudian mendapatkan pengakuan dari pemerintah Republik Singapura para tanggal 14 Maret 1975 sebagai national monument. Dan statusnya pun kini dimiliki dan dikelola oleh Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS).

Masih dari kawasan Kampong Glam terdapat penjual sovenir dan kafe milik orang arab dan melayu. Bahkan Rumah Makan padang pun ada disana, bersama kedua orang teman saya kami menyusuri lorong-lorong jalan menikmati keindahan dan ketenangan Kampong Glam.

Entrance ke Kawasan Kampong Glam

Masjid Sultan

View dari Arab Strt

Kubah dan Lampu Masjid Sultan

Entrance Kampong Glam from Inside

Sovenir di Kawasan Masjid

Sebagai Tempat Edukasi

Siswa yang Sedang Riset


Area Wudhu

Interior Masjid





Singapura di Malam Hari

Keindahan Singapura pada malam hari sangatlah sempurna. Dikawasan Marina Bay terlihat gedung-gedung dengan warna-warni lampu yang mempesona. Setiap sudut kawasan tersebut selalu mendapatkan angel yang bagus bagi fotografer dalam membidik lensanya. Kota yang bersih dan tertata dengan masyarakat yang serba teratur menambah keindahan Kota Singa ini. Berikut ini sudut bidik Marina Bay pada malam hari.























(Narasi dan semua foto oleh Zen Shinoda)

Jumat, 19 Oktober 2012

Kota Singa


Singapura berasal dari bahasa Sansekerta yang berati Kota Singa. Dulu nenek moyang kita dari Kerajaan Sriwijaya pernah berpijak ke sini dan memberi nama pulau kecil ini dengan nama Singapura. Sekarang sudah kita lihat sendiri betapa majunya kota Singa ini dibanding dengan asal nenek moyang mereka yaitu Indonesia.

Seharusnya kita malu kepada nenek moyang kita yang sudah menjelajahi sampai asia tenggara, sedangkan kita disini gagal dalam mengisi keberhasilan nenek moyang, kita masih terjebak kepada masalah yang gak penting dan lebay sehingga terlalu alay untuk dijelaskan disini.

Kemarsuran Kota Singa ini memang bukanlah isapan jempol belaka. Perencanaan kota yang matang dan konsisten membuat kota Singapura merupakan kota modern yang wajib dikunjungi oleh perencana kota. Mereka bisa memecahkan keterbatasan lahan permukiman, Sumber Daya Alam dan transportasi, sehingga kejeniusan pemerintah setempat membuat perubahan prilaku yang sangat maju bagi warganya. Meski banyak sangsi yang seolah-olah membatasi warganya dalam melakukan aktifitas, tapi hal ini demi kebaikan bersama. Hukum yang ditegakan membuat kehidupan masyarakat yang tertib dan modern dan kemudahan dalam segala hal. Rasanya bangsa kita patut meniru kesungguhan pemerintah dan warga Singapura.

Awal keberangkatan ke Kota Singa ini karena kefrustasian dalam rutinitas pekerjaan dan rasa penasaran saya kepada sebuah kota yang tertata, sehingga warganya dapat efektif dalam bekerja. Diperlukan waktu khusus untuk mengamati kehidupan sosial mereka, perencanaan kota dan pemecahan transportasi publik yang cepat dan efektif. Sehingga produktifitas warganya mencapai kualitas yang sempurna.

Kepergianku ke Singapura bersama Agung Bagus Armiyanto, seorang teman sesama Urban Planner yang sudah keluar dari ke Urban Planneran di sebuah kabupaten di pantura, rencananya aku menggantikan posisi dia di Kabupaten Pekalongan. Karena waktu senggang kami tidak sama membuat kami berangkat sendiri-sendiri, aku berangkat hari selasa lewat Jogja, sedangkan Bagus berangkat hari Senin malam lewat Jakarta.

Sekitar jam 00:00 wib Bagus memberi kabar kalau dia sudah sampai di Singapore, sementara saya masih menunggu di penginapan di dekat bandara Adi Sucipto Jogja.

Pagi harinya aku terbang ke Singapore sekitar jam 07:30 wib. Sekitar 2 jam perjalanan aku sampai di Changi Terminal Singapore, terdapat perbedaan waktu di Indonesia Bagian Barat dengan waktu di Singapore. Di Singapore waktu berjalan lebih capat 1 jam.

Setelah selesai proses imigrasi di Changi Terminal, aku dijemput oleh Al Hadi Hamrah, teman di Komunitas Fotografi (RKF Bandung). Sekitar satu jam kami berputar-putar ke Terminal 1 dan 3 Changi. Bangunan Arsitektur di terminal 3 adalah hi-tech yang ramah lingkungan. Bersama Al Hadi Hamrah ku potret setiap detail arsitektur bandara Changi Terminal. Mengingat Bagus sudah dari malam menunggu di ABC Hostel kamipun berangkat ke Bugis.

Sesampai di Bugis kami langsung ke ABC Hostel untuk chekin dan kemudian keluar ke kampung Arab. Jarak antara Hotel dan Kampung Arab cukup terjangkau denga jalan kaki. Di Kampong Arab kami ke kawasan Masjid Sultan, sebuah masjid yang sangat terkenal di Kampong Arab. Berkeliling mengeksplor arsitektur masjid Sultan. Di sekitar kawasan terdapat penjual sovenir. Masih di satu kawasan di kampong Arab terdapat Malay Heritage Centre yang merupakan Istana Sultan Jaman dahulu. Dengan berjalan kaki kami berkeliling mengitari gang-gang kecil di Kampong Arab.

Lepas dari kampung arab berangkat kita menuju ke HIPPO River Cruise dengan menggunakan bus. HIPPO River Cruise merupakan kawasan wisata tipi sungai, terdapat taxi air dengan fasilitas hiburan musiknya. Belum sempet mencoba naik transportasi air tersebut karena kita keasikan untuk jalan sembari mengarahkan kamera ke sudut-sudut yang menarik.

Bila kita terus menyusuri kawasa HIPPO River Cruise akan sampai ke Marina Bay, karena kawasan ini berhubungan satu dengan yang lain. Ada alternatif jalan menuju ke Marina Bay yaitu melewati The Fullerton Hotel. Sebuah hotel yang masuk dalam cagar budaya setempat. Bangunan hotel ini dulunya merupakan Kantor Post Besar Singapura, seiring berjalannya waktu bangunan ini berubah fungsi menjadi hotel. Tidak seperti hotel mewah di Indonesia yang merupakan area privat yang sangat dijaga ketat oleh keamanan, The Fullerton Hotel meski hotel yang mewah tapi merupakan tempat publik, terdapat jalan pintas yanng menghubungkan ke Marina Bay di belakang hotel.

Kawasan Marina Bay merupakan kawasan pantai yang terkenal dengan kebersihan dan keindahannya. Pantai ini merupakan mega project Singapura dalam reklamasi pantainya. Meski tanah dan galian tambang untuk project ini berasal dari Indonesia. Kejeniusan perencana kota dan konsistensi pemerintas setempat dalam merencanakan kotanya membuat kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang sempurna. Setiap mata memandang terdapat sudut bidik yang indah dan bersih bagi fotografer, terutama bagi malam harinya. Pancaran lampu-lampu gedung menambah indahnya Marina Bay. Berikut ini sudut bidik suasana Singapura.

MRT
Muss Rapid Transit (MRT) merupakan kereta cepat paling efektif karena kecepatannya. Kebersihan, pelayanan dan keamanan menjadi nomor satu sarana transportasi ini.

BRT
Bus Rapid Transit (BRT) merupakan salah satu sarana transportasi di Singapura, kalau di Indonesia semacam Busway


Ministry of Information, Communication and the Art
Adalah gedung Kementerian Informasi, Komunikasi dan Seni Singapura. Kementerian ini bertanggung jawab atas industri kreatif, seni, warisan, perpustakaan, media, dan hubungan pemerintah infocommunications masyarakat.

The River Walk Building

Waterfront Square

Duck & Hippo

Waterfront Square

Raffles Landing

The Fullerton Hotel

President Design Award of The Fullerton Hotel

The Fullerton Hotel Inside
Terdapat jalan menuju ke Merlion Park

Marina Bay

Menara Pandang di Belakang The Fullerton Hotel

Gedung Teratai

Esplanade
Merupakan Theater yang bangunannya seperti buah duren, Matah Ati juga pernah tampil disini. Suatu saat pameran PLPBK boleh juga disini.. hehehe

One Fullerton

Hippo River Cruise

Marina Bay at Night
Pemandangan yang menakjubkan pada malam hari, para fotograrer dijamin tidak mati gaya, karena disetiap spot merupakan sudut bidik yang bagus.

(Narasi : Zen Shinoda, Foto : Zen Shinoda dan Al Hadi Hamrah)